Benarkah Angka Kemiskinan Indonesia Menurun? Ini Kata Ekonom Bank Dunia

Anak Pemulung Potret Kemiskinan di Indonesia

Jakarta, Mediawarga.info--Penurunan angka kemiskinan di Indonesia tidak diikuti dengan penurunan kesenjangan (gap) antara golongan kaya dan miskin. Hal tersebut dibuktikan oleh koefisien gini yang tetap sejak tahun 2012 lalu, yakni 0,4.

"Koefisien gini tersebut bisa lebih besar karena metode yang digunakan kurang mensurvei orang kaya," ujar Ketua Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop di Jakarta, Senin (13/4/2015).

Setengah berkelakar, dia mengutarakan bahwa saat petugas survei melakukan survei dari rumah ke rumah, maka yang didata adalah kalangan menengah ke bawah. "Karena orang kayanya lagi sibuk menghabiskan uang (tidak ada dirumah). Jadi indeks gininya bisa lebih besar dari itu," ucapnya.

Bank Dunia mencatat banyaknya populasi masyarakat di Indonesia yang masuk kategori miskin menurut standar Bank Dunia, yakni berpenghasilan dibawah USD1,25 perhari terus menurun. Tahun 2012, tercatat 10,9 juta masyarakat Indonesia masuk kategori miskin. Tahun 2013 angkanya menurun menjadi 9,7 juta dan kembali menurun diangka 9,1 juta tahun lalu.

"Tahun 2015 diperkirakan angkanya tinggal 8,5 juta jiwa. Sedangkan perkiraan untuk tahun 2016 dan 2017 adalah 8,0 juta jiwa dan 7,4 juta jiwa," papar Diop.

Menariknya, jika standar tersebut dinaikkan menjadi USD2 perhari jumlahnya meningkat hingga empat kali lipat. Untuk tahun 2014 misalnya, Bank Dunia mencatat 35,25 juta jiwa tergolong miskin untuk standar penghasilan USD2 perhari. Sedangkan tahun 2015, Bank Dunia menaksir angkanya turun menjadi 33,6 juta jiwa.

"Peningkatan ketersediaan lapangan kerja yang berkualitas diperlukan untuk pertumbuhan yang inklusif. Juga dibutuhkan reformasi pada pasar tenaga kerja dan pendidikan," cetusnya.

Saat ini tercatat hanya 23 persen pekerja di Indonesia yang memiliki kontrak kerja dan hanya 14 persen saja yang memiliki jaminan sosial. Selain itu, partisipasi perempuan di dunia kerja juga masih berada dibawah 50 persen dibanding pekerja laki-laki.

"Yang memperihatinkan, 1 dari 3 orang berusia 15-24 tahun di Indonesia tidak berpendidikan, tidak memiliki pekerjaan ataupun memiliki keterampilan," pungkasnya. (MetroTVNews.com).

Posting Komentar

0 Komentar