Rizal Ramli, Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla (Sumber: ramalanintelijen.net) |
Akhirnya Partai Golkar resmi mendukung
Pemerintahan Jokowi. Bergabungnya Partai berlambang pohon beringin ke
Koalisi Indonesia Hebat (KIH) semakin memperkuat Pemerintahan Jokowi di
Parlemen, setelah sebelumnya Partai Amanat Nasional (PAN) juga bergabung di
awal September 2015.
Sebelum PAN
dan Partai Golkar bergabung dengan Pemerintahan Jokowi, KIH selalu menjadi
subordinat Koalisi Merah Putih (KMP) di Parlemen.
KIH awalnya
memiliki 208 kursi di DPR-RI. Terdiri 109 Kursi PDI-P, 36 kursi Partai Nasdem,
47 kursi PKB dan 16 kursi dari Partai Hanura. Ditambah 48 kursi PAN dan 91
kursi Partai Golkar berarti KIH memiliki 347 kursi di Parlemen atau menguasai
62 persen kursi parlemen.
Dengan
keluarnya PAN dan Partai Golkar, jumlah kursi KMP semakin menyusut menjadi 152
kursi atau 27 persen kursi Parlemen. Rinciannya: 73 kursi Partai Gerindra, 39
kursi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan 40 kursi dari Partai Keadilan
Sejahtera (PKS). Sedangkan Partai Demokrat dengan 61 kursi (11 persen) sampai
saat ini belum menyatakan bergabung ke KIH ataupun KMP.
Namun,
semakin kuatnya dukungan politik Presiden Jokowi di Parlemen, belum menjamin
Kabinet Kerja menjadi lebih solid. Sebaliknya, diprediksi faksi-faksi di
kabinet Jokowi ataupun ring satu Presiden akan semakin terpolarisasi.
Sudah
menjadi rahasia umum, di kabinet Jokowi terdapat beberapa kubu, yaitu kubu Rini
Sumarno, Rizal Ramli sebagai proxy Luhut Panjaitan, PDI-P dan PKB, Nasdem dan
Hanura, serta kubu Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Masuknya
Partai Golkar dan PAN diyakini akan lebih memperkuat kubu JK di Kabinet Jokowi.
Wapres Jusuf Kalla membutuhkan dukungan Golkar dan PAN untuk memperkuat
pijakannya di Kabinet Jokowi dan membendung manuver kubu Rizal Ramli sebagai
proxy Luhut Panjaitan yang semakin mendapat tempat di mata Jokowi.
Masuknya
Golkar dan PAN juga akan menggusur kelompok Rini Sumarmo, Nasdem, Hanura dan
PKB.
Kubu
terlemah yang mungkin segera tersingkir dari Kabinet Jokowi adalah kelompok
Rini Sumarno. PKB, Hanura dan Nasdem juga kemungkinan akan kehilangan
masing-masing satu kursi di kabinet jika reshuffle kedua jadi dilaksanakan
bulan ini.
Akhirnya,
di Kabinet Jokowi hanya akan ada tiga kubu terkuat: kubu JK, Puan Maharani
sebagai proxy Megawati dan Rizal Ramli sebagai proxy Luhut Panjaitan.
Rizal Ramli
memang sengaja “ditanam” Jokowi di kabinet melalui tangan Luhut Panjaitan untuk
membendung manuver kubu JK dan PDI-P (dalam hal ini Megawati) agar tidak
terlalu mengintervensi keputusan-keputusan Jokowi.
Saat ini,
publik membaca, pertarungan paling sengit adalah antara kubu JK dan kubu Rizal
Ramli, seperti kasus program pembangkit listrik, Pelindo dan kontrak karya
Freeport.
Mari kita
saksikan lanjutan “drama” tiga babak kabinet Jokowi ditahun kedua
Pemerintahannya.
Muhammad Ridwan
Pewarta Warga di www.mediawarga.info
Di Posting di Kompasiana pada tanggal 03 November 2015
Link:http://www.kompasiana.com/ridwan78/golkar-gabung-kih-jokowi-semakin-kuat-di-parlemen-tapi_5637a783c4afbde90b48e25e
Link:http://www.kompasiana.com/ridwan78/golkar-gabung-kih-jokowi-semakin-kuat-di-parlemen-tapi_5637a783c4afbde90b48e25e
Artikel
terkait:
0 Komentar