Mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif memberi ceramah tentang teologi kebangsaan di acara Musywil ke-47 Muhammadiyah Jateng di Kudus, Jumat (18/12) malam. |
KUDUS, Mediawarga.info – Mantan Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Ahmad
Syafii Maarif menilai Indonesia semakin langka pemimpin dengan sosok seorang
negarawan. Menurut Buya Syafii, panggilan akrab Ahmad Syafii Maarif, seorang
negarawan memikirkan nasib bangsa dan negara jauh ke depan (jangka panjang).
“Yang banyak itu politisi. Bedanya dengan negarawan,
politisi hanya memikirkan yang pendek-pendek saja. Bagaimana mengamankan
kursinya, bagiamana agar urusan partai dan perutnya aman, tak berpikir jangka
panjang untuk bangsa dan negara,” katanya.
Hadir di hadapan peserta Musyawarah Wilayah (Musywil)
ke-47 Muhammadiyah di Kudus, Jumat (18/12) malam, Syafii Maarif menyebut
kerusakan di negeri ini sudah mencapai 50 persen. “Kita melihat kerusakan alam
sudah semakin parah,korupsi dan sebagainya. Tapi kita tidak bisa berbuat
apa-apa karena kita hanya pembantu, bukan penentu,” ujarnya.
Karena itu, Syafii Maarif mendorong agar Muhammadiyah
ikut menyiapkan sosok negarawan, utamanya dari kalangan muda. Generasi tua
harus menjadi contoh untuk kembali menghidupkan diskusi buku untuk memperkaya referensi.
“Jangan takut baca buku yang aneh-aneh. Buku-buku yang
mengulas paham-paham seperti radikalisme, liberalisme, dan paham ekstrem lainnya
perlu juga dibaca. Seandainya ada setan yang karang buku, baca saja,” katanya.
Buya Syafi melihat banyak generasi tua kaget melihat
generasi muda sekarang banyak yang pintar. Generasi tua ketinggalan dalam
banyak hal. “Melihat banyak anak muda pintar karena bacaan dan wawasan yang
luas, tak jarang justru kemudian dicap liberal atau zionis. Ini karena yang
sepuh-sepuh sudah jarang diskusi dan baca buku,”katanya.
Syafii melihat Muhammadiyah menjadi tempat ideal untuk
melahirkan sosok negarawan. Terlebih Muhammadiyah sejauh ini tidak terikat pada
mazhab atau aliran tertentu. “Karena non-mazhab maka cara berpikirnya rasional.
Yang model “Taliban-talibanan” sedikit di Muhammadiyah,” ujarnya. (Rid)
0 Komentar