Kick Of Meeting (Pertemuan
Peluncuran) pelaksanaan
Program Grand Design Agroforestry
Pringsewu pada Jum’at (22/01/2016) di Ruang Rapat Way Sekampung Kantor Bappeda Pringsewu (Foto: Ivan Kurniawan)
|
Pringsewu, Mediawarga.info--Pemerintah
Kabupaten Pringsewu menggelar Kick Of Meeting (Pertemuan
Peluncuran) pelaksanaan
Program Grand Design Agroforestry
Pringsewu pada Jum’at (22/01/2016) di Ruang Rapat Way Sekampung Kantor Bappeda setempat.
Pengembangan Kawasan Agroforestry Terpadu sendiri rencananya berlokasi di Pekon Sukoharjo I Kecamatan Sukoharjo.
Mewakili Bupati Pringsewu, Asisten
Bidang Perekonomian dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pringsewu, Junaidi
Hasyim, dalam pengantar awal rapat menjelaskan bahwa Penyusunan
Grand Design Agroforestri
Kabupaten Pringsewu adalah mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan kawasan agroforestri di kawasan model Pekon Sukoharjo I, menyusun
arah kebijakan, tujuan, strategi, program unggulan, serta perangkat-perangkat
pelaksanaan pengembangan kawasan agroforestri Sukoharjo I.
Junaidi Hasyim juga mengharapkan Kick Of Meeting ini
bisa menganalisis potensi pengembangan agroforestri secara makro di
Kabupaten Pringsewu dan menyusun rekomendasi sebagai dasar arah
kebijakan pengembangan agroforestri di Kabupaten Pringsewu.
Ditambahkan Junaidi, hasil yang
diharapkan dalam rapat ini adalah bisa menyusun arah
kebijakan beserta strategi dan program kegiatan unggulan pengembangan kawasan
agroforestri model di Pekon Sukoharjo I, hasil analisis potensi pengembangan
agroforestri di Kabupaten Pringsewu dan rekomendasi dasar kebijakan
pengembangannya.
Sementara itu, Ivan
Kurniawan, Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda mengatakan bahwa semangat grand design agroforestri di Kabupaten
Pringsewu adalah :
Pertama,
hasil survei dan pemetaan lapang menunjukkan potensi
kawasan agroforestri di Pekon Sukoharjo I dengan luas total 411.762,02 m2
(41,17 hektar), dan terdapat kawasan inti di dalamnya seluas 12.371,38 m2
(1,2 hektar). Asesibilitas lokasi kawasan agroforetri di Pekon Sukoharjo adalah
sangat baik. Lokasi tersebut berada pada
lintasan jalan raya Sukoharjo dan kondisi jalan dalam keadaan beraspal dengan
lebar yang memadai. Hal tersebut merupakan potensi untuk pengembangan lokasi,
karena lokasi mudah untuk dijangkau.
Kedua,
lokasi kawasan agroforestri memiliki topografi yang beragam. Keragaman topografi, mulai dari datar,
landai, bergelombang, dan curam memungkinkan variasi pemandangan (view) yang estetis dan tidak
monoton. Pemandangan yang potensial
untuk dikembangkan di lokasi sangat beragam, yaitu telaga/danau, lembah berupa
sawah, tegalan, serta bukit-bukit hutan agroforestri. Lokasi kawasan
inti dan kawasan binaan agroforestri terletak pada ketinggian sekitar 168 m di
atas permukaan laut, dengan suhu maksimum 300C dan suhu minimum 210C. Kondisi tersebut merupakan kondisi lingkungan
fisik yang cukup nyaman untuk pengunjung.
Kenyamanan fisik pengunjung dapat ditingkatkan dengan pemilihan dan
penataan vegetasi, sebagai pengarah, peneduh, dan lain-lain.
Ketiga adalah
pengembangan lokasi kawasan inti dan kawasan binaan agroforestri memberi
manfaat ekologi, manfaat edukasi, dan manfaat ekonomi. Kawasan lokasi
kawasan inti dan kawasan binaan agroforestri dibagi menjadi dua zona utama, yaitu zona inti dan zona
penyangga. Zona inti adalah zona yang
dikembangkan karena memiliki keunikan (unique
selling point) dari lokasi sesuai tema utama agroforestri, sedangkan zona
penyangga adalah zona yang mendukung fungsi dan keberadaan zona inti. Program pengembangan lokasi kawasan
inti meliputi penataan desain tapak (DED), pembangunan fisik fasilitas pendukung sesuai
DED (parkir, bangunan, jalan sekitar danau, sirkulasi, dan lain-lain, dan pembentukan
landscape tapak.
Program
pengembangan lokasi binaan KTH
“Ngudi Rukun” Sukoharjo I dapat meliputi peningkatan ragam strata tajuk
bawah; madu, ternak, fitomarmaka, peningkatan ragam strata atas; tanaman buah,
peningkatan teknik konservasi tanah dan air, peningkatan peran kelompok,
penanaman tanaman hutan, pembangunan aspek kehutanan, pertanian, peternakan,
perikanan, dan pariwisata, dan pengembangan kawasan sekitar.
Program
pengembangan agroforestri dapat meliputi peningkatan promosi
/publikasi kawasan binaan, pendataan dan pengembangan aspek sosial masyarakat
yang terlibat dalam kegiatan
agroforestri, di wilayah lain (non binaan), pengembangan touring system, pengembangan agroforestri (pemasyarakatan agroforestri
pada lahan kering, dan introduksi dan pengembangan komoditas bernilai ekonomi
tinggi dalam agroforestri), revitalisasi
Hutan Kemasyarakatan, pengembangan
kelembagaan Masyarakat sekitar hutan, dan
pengembangan SDM dan pemuda tani kehutanan.
Kepada Mediawarga.info, Kepala Bappeda, Akhmad
Fadoli, optimis jika akan terwujud dengan pengembangan
agroforestri di Kabupaten Pringsewu ini perlu mempertimbangkan program
pembangunan terpadu sehingga membutuhkan sinergitas yang baik antar lembaga
pemerintahan (SKPD Pemkab) serta unsur-unsur pembangunan lainnya. Sinergitas
yang tinggi dapat dihasilkan melalui program pengembangan terpadu yang
terencana hasil kesepakatan dan pemikiran pihak-pihak terkait.
Lebih lanjut Fadoli menambahkan perlu
dikembangkannya kerjasama dengan lembaga-lembaga eksternal yang concern dengan pengembangan
agroforestri, baik lembaga perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian bidang
agroforestri dan pengembangan kawasan/wilayah, NGO, organisasi kemasyarakatan,
dan lain-lain. Kerangka umum pengembangan agroforestri di Kabupaten Pringsewu
harus memperoleh dukungan dari lembaga pemerintahan vertikal terkait sehingga
berbagai aspek penunjang dapat sinkron dan ditunjang oleh kebijakan pembangunan
nasional.
“Program-program pengembangan
agroforestri di Kabupaten Pringsewu perlu mengedepankan sektor-sektor yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi yang berwawasan ekologi dan konservasi
mengingat percepatan pembangunan di Kabupaten Pringsewu secara makro mengarah
kepada wilayah/daerah perkotaan sebagaimana karakteristik wilayah Kabupaten
Pringsewu saat ini”, Pungkas
Fadoli. (Ivan/Rid)
0 Komentar