Ketika Marhaen Memilih Anies Baswedan

La Ode Basir dan Anies Baswedan (Foto: Istimewa)

Mediawarga.id--Bandung pada suatu waktu ditahun 1920an, ketika Soekarno bolos kuliah dan berkeliling dengan sepedanya.

Pada sebuah petakan sawah dengan luas kurang dari sepertiga hektar, seorang Petani sibuk bekerja. Soekarno kemudian menyapa petani itu dan terjadi dialog.

"Siapa pemilik sawah ini?" tanya Soekarno.

"Saya, ini tanah turun temurun. Diwariskan dari orangtua," jawab Petani itu.

Lalu bajak dan cangkul itu, apa punyamu?

"Iya, gan."

 Lalu hasilnya untuk siapa?

"Untuk saya gan, hasilnya hanya cukup untuk hidup sehari-hari," kata Petani itu.

"Kemudian aku menanyakan nama Petani muda itu. Dia menyebut namanya, Marhaen.

Marhaen adalah nama umum seperti Smith dan Jones.

Di saat itu cahaya ilham melintas di otakku. Aku akan memakai nama itu untuk menamai semua orang Indonesia yang bernasib malang seperti dia.

Semenjak saat itu kunamakan rakyatku, Marhaen," kata Soekarno.

Kisah di atas dikutip dalam buku Biografi Seokarno yang ditulis Cindy Adams. Marhaen disini bukan nama sebenarnya, menurut sejarawan Peter A. Rohi nama sebenarnya Petani yang ditemui Soekarno adalah “Aeng” atau “Kang Aeng”.

Maehaen adalah cara Soekarno menanamkan idelogi perlawanan kaum bawah kepada kaum pemodal yakni Kapitalis. Pendapat lain yang memperkuat “Marhaen” sebagai simbol ideologi perlawanan datang Nazaruddin Sjamsuddin dalam buku “PNI dan Kepolitikannya” bahwa “Marhaen” adalah akronim dari Marx, Hegel, Engels.

Baru-baru ini tepatnya hari Rabu, 20 Oktober 2021 pukul 13.00-15.00 WIB di Gedung Joang 45, Jl. Menteng Raya No.31, Jakarta Pusat anak-anak Muda yang tergabung dalam “ANIES” akronim dari “Aliansi Nasional IndonEsia Sejahtera” mendeklarasi Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai Calon Presiden tahun 2024.

Sebagai tokoh yang kerap juga dijuluki Goodbener Indonesia, deklarasi itu tentu menjadi viral diseluruh jejaring media sosial.

Adalah La Ode Basir salah satu dari Deklarator Anies for Presiden 2024 yang tidak luput dari bulliying media sosial.

Sebelumnya warganet tidak mengenal sosok La Ode Basir, siapa beliau? Sampai kemudia sebuah tulisan di Tribun membuka tabir sosok La Ode Basir.

Berikut adalah sekelumit sosok La Ode Basir.

Dikutip dari berbagai sumber La Ode Basir perantau Buton, Sulawesi Tenggara. Di Maluku Tengah, ketika kecil La Ode Basir ditinggal Ibunya meninggal dunia, Bapaknya adalah seorang pekerja keras sebagai Nelayan.

La Ode Basir tumbuh besar sebagai anak Nelayan. Pada usia Sekolah Dasar (SD), Bapaknya kembali ke kampung halamanya Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. La Ode Basir dititipkan tinggal bersama sepupu Ibunya di Desa Rano Desa Bola agar dapat bersekolah.

Kehidupan sejak SD sampai SMA yang menumpang dikeluarga dekat Ibu dan Ayahnya memaksa La Ode Basir untuk mandiri.

Sebagai anak pesisir Ia terbiasa memancing, menyelam karang laut atau menjadi penjual ikan di pasar untuk menyambung hidup.

Pada saat SMA, La Ode Basir selain mengukir prestasi belajar memanfaatkan waktu luang Ia bekerja sebagai kuli kasar di Pelabuhan Jembatan Batu dan Murhum, Kota Baubau.

La Ode Basir juga kerap menunjukan batok kepalanya yang tidak simetris kepada kawan-kawannya akibat tekanan tali gendongan keranjang yang ditumpukan di atas kepala saat menjadi buruh kasar di pasar dan pelabuhan.

Berkat kerja keras, kegigihan serta tekad yang membaja, La Ode Basir dengan mandiri dapat melanjutkan Studi Strata Satu Pendidikan Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Ia adalah potret anak nelayan yang memulai kiprahnya sebagai Guru Fisika lalu menjadi pebisnis. Sebagai orang yang doyan makan ikan otaknya cerdas dan budaya pesisir menempanya luwes dalam pergaulan.

Semasa kuliah, Ia menjadi aktivis HMI UPI Bandung dan seterusnya terus membangun jejaring komunikasinya.

La Ode Basir adalah anak “Marhaen” dan Ia adalah “Marhaen”. Seorang anak yatim nelayan dan mandiri sebagai buruh kasar Pelabuhan dan Pasar. Marhaennya La Ode Basir tidak hanya pekerja keras tetapi juga cerdas dan ber-ideologi.

Ketika La Ode Basir memilih menjadi Deklarator Anies for Presiden 2024, Ia dibully banyak netizen, beberapa orang bahkan bersikap rasis dengan mengupload foto La Ode Basir kecil, berkulit hitam juga dengan narasi rasisme.

Saat memilih menjadi bagian penting dari Deklarator Anies for Presiden 2024 sesungguhnya La Ode Basir menaruh harapan besarnya sebagai anak nelayan, menjadikan Anies sebagai penyambung lidah rakyat.

 La Ode Basir adalah Marhaen anak nelayan yang memilih berjuang bersama Anies for Presiden 2024.

Oleh: Kanan Sosialis

Posting Komentar

0 Komentar