Proyek Kereta Cepat Hanya Soal Prestise? #CoretanRidwan

Ilustrasi Kereta Cepat Indonesia (Kompas.com)

#CoretanRidwan : Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebenarnya hanya soal prestise negara. Indonesia sebagai anggota G-20 dan memiliki PDB menurut Purchasing Power Parity (PPP) diperingkat 9 dunia, memang harus memiliki ikon-ikon pembangunan yang mencirikan Indonesia layak disejajarkan dengan negara-negara "The Emerging Economic" lainnya di Asia.

Ikon-ikon itu bisa gedung tertinggi, menara tertinggi, jembatan terpanjang, jalan tol terpanjang, mall terbesar, bandara termegah, Subway, MRT Modern, Kereta Cepat dan lain-lain.

Memang tidak ada yang salah dengan ide pembangunan Kereta Cepat di Indonesia, apalagi menjelang hajat besar Internasional seperti Asian Games 2018. 

Dulu, Tahun 1992, ketika Indonesia menjadi tuan rumah KTT Non-Blok, Pak Harto sangat bangga memperlihatkan kepada delegasi negara-negara anggota Non-Blok, Jakarta memiiliki Stasiun Kereta Api sekelas Gambir (Termewah saat itu) dengan Kereta Kelas eksekutif-nya.

Namun, memang harus dikaji lebih baik lagi rencana pembangunan Kereta Cepat ini, khususnya terkait analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Apalagi, dengan kereta cepat ini, dua wilayah Mega Urban (Jabodetabek dan Bandung Raya) akan disatukan. Pasti ada dampak positif dan negatifnya.

Hasil pembangunan itu dampaknya memang tidak bisa dinilai sekarang. 5-10 tahun lagi baru bisa dinilai, hasilnya bermanfaat atau tidak... Selamat berakhir pekan. 

Sumber: Status Facebook Admin Mediawarga.info, Muhammad Ridwan, di www.facebook.com/akhina.ridwan (Sabtu, 06 Februari 2016)

Posting Komentar

0 Komentar